Selasa, 13 Maret 2012

ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN II


    Hegemonis Sains dan teknologi barat atas masyarakat negara-negara di seluruh dunia membawa pengaruh yang sangat besar terhadap gaya, corak dan pandangan kehidupan masyarakat. Meraka seperti tak sadarkan diri mengikuti pola-pola pemikiran dari sains barat, sehingga cara berfikirnya, cara pandangnya, dan persepsinya terhhadap sains dan hal-hal terkait yang menjadi inflikasinya menjadi terbaratkan. Dalam sejarahnya, sains barat modern dibangun atas dasar semangat kebebasan dan penentangan terhadap doktrin ajaran Kristen, sehingga ia mencoba menampilkan pola pikir yang berlawanan dengan tradisi pemikiran agama (kristen) sebagai antitesis. Misi yang paling meyolok yang disipkan kedalam sains barat modern itu adalah sekularisasi. Konsep sekulasasi disosialisasikan dan dipropagandakan sedemikian rupa dikalangan para ilmuan, mahasiswa, pelajar, kelompok-kelompok intelektual lainnya, dan masyarakat pada umumnya, untuk mendapatkan pembenaran-pembenaran secara ilmiah. Pada akhirnya, konsep sekularisasi ilmu pengetahuan itu menjadi opini publik pada tingkat global.

     Ada berapa kelompok masyarakat yang paling dirugikan akibat penerapan konsep sekularisasi pengetahuan barat modern itu. Mereka adalah kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki ikatan moral dengan ajaran agamanya, terutama masyarakat muslim ketika mengikuti arus perkembangan sains modern dari Barat, mereka sadar maupun ”terpaksa” harus menggantikan nilai-nilai religius mereka dengan nilai-nilai sekuler yang sangat kontras. Selama ini agama Islam dipedomani sebagai jublak dalam menempuh kehidupan sehari-hari. Tidak ketinggaln juga, agama diyakini memiliki peranan untuk mewarnai bangunan ilmu pengetahuan dan unsur-unsur lain yang terikat. Namun kenyataannya mansyarakat muslim seolah dipaksa untuk melaksanakan ajaran sekuler (sekularisme) dalam seluk beluk kehidupan lantara derasnya arus sekularisasi. Secara riil sekarang ini mereka semakin menjauhi nilai-nilai religius islam. Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan para pemikir muslim, sebab bisa membahayakan keimanan (akidah) islam.
     Berkaitan dengan kepribadian itu, mereka sedang menggagas islamisasi pengetahuan sebagai upaya untuk menetralisir pengaruh sains barat modern sekaligus menjadikan islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Mereka berupaya membaersihkan pemikiran-pemikiran muslin dari pengaruh negatif kaidah-kaidah berfikir ala sains modern, sehingga pemikiran muslim benar-benar steril dari konsep sekuler. Al attas mengatakan, bahwa islamisasi ilmu berarti pembahasan ilmu dari penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada ideologi sekuler, dan dari makna-makna serta ungkapan-ungkapan sekuler.[1] Banyak pemahaman ilmu pengetahuan yang terlanjur tersekulerkan daat digeser dan diganti dengan pemahaman-pemahaman yang mengacu pada pesan-pesan islam, manakala ”proyek islamisasi pengetahuan” benar-benar digarap secara serius dan maksimal. Sebagai tindak lanjut dari gagasan-gagasan normatif itu, para pemikir muslim harus berupaya keras merumuskan islamisasi pengetahuan secara teoritis dan konseptual yang didasarkan pada gabungan antara argumentasi rasional dan petunjuk-petunjuk wahyu.
     Usaha tersebut sangat berat, karena harus mengarahkan seluruh potensi para ilmuan muslim yang mengacu pada petunjuk wahyu Tuhan.ini baru beban secara teknis, belum lagi beban secara psikologis. Secara psikologis mengembalikan cara pandang atau persepsi masyarakat muslim terhadap konsep-konsep ilmu pengetahan yang telah lama tersekulerkan dan terbaratkan menuju persepsi yang sarat nilai-nilai islam bukanlah pekerjaan yang ringan. Pekerjaan ini membutuhkan keuletan-keuletan sikap, sosialisasi yang gencar, proses secara kontinuitas, disamping tentu saja argumentasi-argumrntasi yang tidak saja cukup rasional, tetapi lebih itu semua seyogiyanya mampu mengungguli argumentasi-srgumentasi yang dibangun para ilmuan barat. Kita menyadari, bahwa ilmuan-ilmuan barat dalam mendasari ilmu pengetahuannya dikenal sangat rasional, mengingat bahwa salah satu pendekatan yang diandalkan dalm membangun kerangka ilmu pengetahuan adalah pendekatan rasional. Hanya saja masih ada celah-celah hasil pemikiran mereka itu, jika dicermati secara mendalam apalagi ditinjau dari perspektif pesan-pesan islam.


     [1]Syed Muhammad Al-Naquib Al-Attas, Islam and Secularism, (Kualalumpur, 1978), bab I, II dan V.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar