Rabu, 04 Juli 2012

KRITERIA KEBAIKAN DAN KEUTAMAAN AKHLAK MANUSIA

A.        KRITERIA KEBAIKAN
1.         Pengertian Kebaikan
            Di dalam beberapa buah kamus dan ensiklopedi diperoleh pengertian baik sebagai berikut :
  1. Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan (Al Munjid, hlm.198)
  2. Sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. (Webster’s New TwentiethCentury Dictionary, hal. 789);
  3. Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan. (The Advanced  Learner’s Dictionary of current English, hal.430)
  4. Sesuatu yang sesuai dengan keinginan (Webster’s World University Dictionary, hal. 401)
  5. Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senangatau bahagia. Jadi sesuatu yang dikatakan baik bial ia dihargai secara positif (Ensiklopedi Indonesia, I, Hal. 362)
2.         Kriteria Kebaikan Menurut Ajaran Islam
            Perbuatan manusia yang disengaja dalam situasi yang memungkinkan adanya pilihan dapat diberi nilai baik atau buruk. Untuk menetapkan perbuatan seperti itu ada beberapa pendapat yang dikemukakan sebagai tolak ukurnya, seperti yang telah dikemukakan terlebihdahulu.
            Ukuran-ukuran tersebut belum memberikan kepastian karena hanya bersifat subjektif, local dan temporal. Dan oleh karena itu nilainya bersifat relitif. Uraian berikut ini mencoba memberikan deskripsi tentang kriteria perbuatan baik menurut ajaran islam.
            Seperti telah dikemukakan bahwa setiap perbuatan manusia yang dapat dinilai, lahir dari suatu kehendak [1]. Yang pertama, Setiap kehendak selalu menuju kepada suatu tujuan. Maka sebenarnya dalam memberi nilai perbuatan seseorang terletak pada kehendak dan tujuan dari perbuatannya. Dengan demikian, penilaian itu diletakkan dan diterpkan pada kehendak dan tujuan dari perbuatan tersebut.
Jadi sebenarnya perbuatan baik atau buruk dapat diberi nilai baik atau buruk karena dilihat dari niat orang yang melakukannya, tidak dilihat dari hasil sebagai akibat dari perbuatannya itu. Maka perbuatan yang disertai niat baik, bernilai baik, meskipun mengakibatkan keburukan. Dan perbuatan dengan niat buruk, tetap bernilai buruk meskipun menghasilkan kebaikan. Rasulullah SAW. Bersabda, yang artinya:
“Segala perbuatan selalu mempunyai niat. Dan perbuatan itu dinilai sesuai dengan niatnya”. (H.R. Bukhari-Muslim)
            Pada dasarnya setiap perbuatan tidak dapat dinilai baik atau buruk sebelum diketahui niat orang yang melakukannya.seperti orang yang membakar harta suapan, tidaklah dapat dinilai perbuatannya itu sebelum diketahui sebelum diketahui niat yang mendasarinya. Perbuatan ini bisa bernilai baik bila niatnya untuk menginsafkan orang yang memberi dan tidak ada jalan lain yang lebih baik selain itu. Jugfa dapat bernilai buruk bila dengan niat membalas dendam kepadanya.
            Selanjutnya yang kedua, dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain memperhatikan niat yang mendasarinya, criteria lain yang harus diperhatikan adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang memepunyai niat baik, tettapi dia melakukan dengan cara yang salah, dia di nilai tercela karena salah melakukannya, bukan tercela karena niatnya.
            Sebagai contoh, bersedekah adalah baik, tettapi ia diberikan dengan cara yang dapat menyakitkan hati si penerima, maka ia dapat dinilai buruk. Allah SWT berfirman dalam surah albaqoroh ayat 263 :
Artinya :
“Perkastaaan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada sedekah yang di barengi degan sesuatu ang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah maha kaya lagi Maha penyantun”       
            Dari uraian dimuka tentang tingksah laku manusia dapat diketahui elemen-elemen yang perlu diperhatikan padanya :
  1. kehendak (karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada didalam manusia
  2. manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut
Perbuastasn manusia tidak terjadi pada ruang yang hampa, melainkan sebuah perbuatan yang sadar dan di kehendaki  untuk mencapai tujuan. dengan tujuan ini, akan terarahnya perbuatan manusia dan dengan adanya tujuan pula manusia mempunyai corak tertentu.
Berdasarkan pengalaman, ternyata penilaian berdasarkan kehendak dan tujuan masih belum cukup dan sering bisa keliru. Dalam hal ini perlu diperhitungkan cara melakukan kehendak itu.
Selanjutnya yangketiga untuk menilai baik buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan perbuatannya haruslah berdasarkan ajaran Alquran dan Sunnah. Rasulullah SAW pernah bersabda:
Yang artinya: “Kutinggalkan dua perkara untuk kamu, tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”
Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 59 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".
.
Dalam skema al Ghazali Petunjuk (Hidayah)  memperoleh tempat khusus. Baginya petunjuk Tuhan adalah fondasi bagi seluruh kebaikan seperti yang dijelaskan dalam banyak ayat  Al Quran dan hadits. Al Quran 20:5 menyatakan, tuhan telah memberikan watak kepada segala sesuatu dan kemudian memberikan petunjuk. Dan hadits yang mengatakan, “tak seorangpun akan masuk surga tanpa rahmat tuhan” yang berarti petunjuknya. Maka efek dari petunjuk itu ada tiga:
  1. Memberi kemampuan kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan buruk melalui akal yang telah dianugerahkan tuhan maupun melalui perintah para nabi
  2. Memberi kemampuan kepada manusia untuk muncul dengan derajat-derajat perolehan pengetahuan tertinggi atau menumbuhkan kebaikan-kebaikannya, dan
  3. Berperan sebagai cahaya yang memancar dari dunia kenabian dan wilayah spiritual, dimana manusia memiliki akses pada realitas-realitas yang tidak dapat ditemukan oleh akal dengan sendirinya. Inilah apa yang disebut al Quran (2 : 120) “sebagai petunjuk Tuhan” atau “petunjuk Mutlak” dan disebut hidup dan cahaya dalam al Quran 6:122. [2]
B. KEUTAMAAN AKHLAK MANUSIA
            Keutamaan Akhlak manusia ditemukan secara sempurna di dalam ajaran akhlak yang terkandung pada al Quran. Agama Islam mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kesejahteraan dan kebahagian. Semua ini terkandung dalam ajaran al Quran yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang didatangkan dari nabi Muhammad saw.
            Al Quran adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam. Hukum-hukum yang mangandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya di dalam al Quran. Allah swt. Berfirman, yang artinya:

"Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besa"r,
Dan juga dalam surat al Nahal : 89 yang artinya:

"(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".

            Adalah amat jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang mengandung pokok-pokok akidah keagamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip perbuatan. [3]perhatian ajran islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih laanjut dapat dilihat dari kandungan al-Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan kemungkaran. Perhatikan ayat yang atinya:

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".
            Dalam ayt lain Allah berfirman yang artinya:

 "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik" 

            Ayat-ayat terdebut diatas memeberikan petunjuk dengan jelas bahwa al-Qur’an sangat memperhatikan pembinaan dan keutamaan-keutamaan akhlak, dan sekaligus menunjukan macam-macam perbuatan yang termasuk akhlak mulia. Ayat-ayat tersebut diatas menyebutkan tentang keadilan berbuat kebajikan dan memeberi makan kepada kaum kerabat.
            Apa yang diperintahkan Tuhan tersebut, kemudian dilaksanakan oleh manusia, akibatnya oleh manusia sendiri. Orang melakukan berbagai perbuatan baik yang diperintahkan Tuhan tersebut akan mendapatkan berbagai keberuntungan yang lebih besar baik di dunia maupun di akhirat.
            Perhatian islam terhadap pembinaan akhlak lebih lanjut dapat dijelaskan dalam menunjukan universalitas al-Qur’an mengenai jalan yang harus ditempuh oleh manusia. Hasil penelitian Thabathabi terhadap kandungan al-Qur’an mengenai jalan yang harus ditempuh manusia itu ada tiga macam, dengan uraiannya sebagai beriku:
  1. menurut petunjuk al-Qur’an, dalam hidupnya manusia hanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan pencapaian cita-citanya
  2. perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam suatu kerangka peraturan dan hukum tertentu.
  3. Jalan terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan emosi dan dorongan nafsu.[4]


[1] Asmaran As, M.Ag. Pengantar Study Akhlak. (PT. Raja Grafindo, 1994).hal.33
[2] Majid Fakhry, Etika dalam Islam. (Pustaka Pelajar Offset. 1996).hal. 135-136
[3] Ibid., hlm.21.
[4] Prof. Dr. H. Abudin Nata, MA. Akhlak Tasawuf  (PT. Raja Grafindo Persada, 2006)hal.67-73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar