A. KRITERIA KEBAIKAN
1. Pengertian Kebaikan
Di dalam beberapa
buah kamus dan ensiklopedi diperoleh pengertian baik sebagai berikut :
- Sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan (Al Munjid, hlm.198)
- Sesuatu yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan seterusnya. (Webster’s New TwentiethCentury Dictionary, hal. 789);
- Sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan kepuasan. (The Advanced Learner’s Dictionary of current English, hal.430)
- Sesuatu yang sesuai dengan keinginan (Webster’s World University Dictionary, hal. 401)
- Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senangatau bahagia. Jadi sesuatu yang dikatakan baik bial ia dihargai secara positif (Ensiklopedi Indonesia, I, Hal. 362)
2. Kriteria Kebaikan
Menurut Ajaran Islam
Perbuatan manusia
yang disengaja dalam situasi yang memungkinkan adanya pilihan dapat diberi
nilai baik atau buruk. Untuk menetapkan perbuatan seperti itu ada beberapa
pendapat yang dikemukakan sebagai tolak ukurnya, seperti yang telah dikemukakan
terlebihdahulu.
Ukuran-ukuran
tersebut belum memberikan kepastian karena hanya bersifat subjektif, local dan
temporal. Dan oleh karena itu nilainya bersifat relitif. Uraian berikut ini
mencoba memberikan deskripsi tentang kriteria perbuatan baik menurut ajaran
islam.
Seperti telah
dikemukakan bahwa setiap perbuatan manusia yang dapat dinilai, lahir dari suatu
kehendak [1].
Yang pertama, Setiap kehendak selalu menuju kepada suatu tujuan.
Maka sebenarnya dalam memberi nilai perbuatan seseorang terletak pada kehendak
dan tujuan dari perbuatannya. Dengan demikian, penilaian itu diletakkan dan
diterpkan pada kehendak dan tujuan dari perbuatan tersebut.
Jadi sebenarnya perbuatan baik atau buruk dapat diberi
nilai baik atau buruk karena dilihat dari niat orang yang melakukannya, tidak
dilihat dari hasil sebagai akibat dari perbuatannya itu. Maka perbuatan yang
disertai niat baik, bernilai baik, meskipun mengakibatkan keburukan. Dan
perbuatan dengan niat buruk, tetap bernilai buruk meskipun menghasilkan
kebaikan. Rasulullah SAW. Bersabda, yang artinya:
“Segala perbuatan selalu mempunyai niat. Dan perbuatan
itu dinilai sesuai dengan niatnya”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Pada dasarnya
setiap perbuatan tidak dapat dinilai baik atau buruk sebelum diketahui niat
orang yang melakukannya.seperti orang yang membakar harta suapan, tidaklah
dapat dinilai perbuatannya itu sebelum diketahui sebelum diketahui niat yang
mendasarinya. Perbuatan ini bisa bernilai baik bila niatnya untuk menginsafkan
orang yang memberi dan tidak ada jalan lain yang lebih baik selain itu. Jugfa
dapat bernilai buruk bila dengan niat membalas dendam kepadanya.
Selanjutnya yang
kedua, dalam menetapkan nilai perbuatan manusia, selain
memperhatikan niat yang mendasarinya, criteria lain yang harus diperhatikan
adalah cara melakukan perbuatan itu. Meskipun seseorang memepunyai niat baik,
tettapi dia melakukan dengan cara yang salah, dia di nilai tercela karena salah
melakukannya, bukan tercela karena niatnya.
Sebagai contoh,
bersedekah adalah baik, tettapi ia diberikan dengan cara yang dapat menyakitkan
hati si penerima, maka ia dapat dinilai buruk. Allah SWT berfirman dalam surah
albaqoroh ayat 263 :
Artinya :
“Perkastaaan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari pada
sedekah yang di barengi degan sesuatu ang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah maha kaya lagi Maha penyantun”
Dari uraian dimuka
tentang tingksah laku manusia dapat diketahui elemen-elemen yang perlu
diperhatikan padanya :
- kehendak (karsa), yakni sesuatu yang mendorong yang ada didalam manusia
- manifestasi dari kehendak, yaitu cara dalam merealisir kehendak tersebut
Perbuastasn manusia tidak terjadi pada ruang yang hampa,
melainkan sebuah perbuatan yang sadar dan di kehendaki untuk mencapai tujuan. dengan tujuan ini,
akan terarahnya perbuatan manusia dan dengan adanya tujuan pula manusia mempunyai
corak tertentu.
Berdasarkan pengalaman, ternyata penilaian berdasarkan
kehendak dan tujuan masih belum cukup dan sering bisa keliru. Dalam hal ini
perlu diperhitungkan cara melakukan kehendak itu.
Selanjutnya yangketiga untuk menilai baik
buruknya niat dan cara seseorang dalam melakukan perbuatannya haruslah
berdasarkan ajaran Alquran dan Sunnah. Rasulullah SAW pernah bersabda:
Yang artinya: “Kutinggalkan dua perkara untuk kamu,
tidaklah kamu akan tersesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada
keduanya, yaitu kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”
Allah SWT berfirman dalam surat An Nisa ayat 59 yang artinya:
"Hai orang-orang yang beriman,
taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian
jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya".
.
Dalam skema al Ghazali Petunjuk (Hidayah) memperoleh tempat khusus. Baginya petunjuk
Tuhan adalah fondasi bagi seluruh kebaikan seperti yang dijelaskan dalam banyak
ayat Al Quran dan hadits. Al Quran 20:5
menyatakan, tuhan telah memberikan watak kepada segala sesuatu dan kemudian
memberikan petunjuk. Dan hadits yang mengatakan, “tak seorangpun akan masuk
surga tanpa rahmat tuhan” yang berarti petunjuknya. Maka efek dari petunjuk
itu ada tiga:
- Memberi kemampuan kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan buruk melalui akal yang telah dianugerahkan tuhan maupun melalui perintah para nabi
- Memberi kemampuan kepada manusia untuk muncul dengan derajat-derajat perolehan pengetahuan tertinggi atau menumbuhkan kebaikan-kebaikannya, dan
- Berperan sebagai cahaya yang memancar dari dunia kenabian dan wilayah spiritual, dimana manusia memiliki akses pada realitas-realitas yang tidak dapat ditemukan oleh akal dengan sendirinya. Inilah apa yang disebut al Quran (2 : 120) “sebagai petunjuk Tuhan” atau “petunjuk Mutlak” dan disebut hidup dan cahaya dalam al Quran 6:122. [2]
B. KEUTAMAAN AKHLAK MANUSIA
Keutamaan Akhlak
manusia ditemukan secara sempurna di dalam ajaran akhlak yang terkandung pada
al Quran. Agama Islam mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan
memuat ajaran yang menuntun umat kepada kesejahteraan dan kebahagian. Semua ini
terkandung dalam ajaran al Quran yang diturunkan Allah dan ajaran sunnah yang
didatangkan dari nabi Muhammad saw.
Al Quran adalah
sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Islam. Hukum-hukum yang
mangandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan
perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya di dalam al Quran. Allah swt.
Berfirman, yang artinya:
"Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk
kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besa"r,
Dan juga dalam surat al Nahal : 89 yang artinya:
"(dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami
bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri
dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan
Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri".
Adalah amat
jelas bahwa dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang mengandung
pokok-pokok akidah keagamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-prinsip perbuatan. [3]perhatian
ajran islam terhadap pembinaan akhlak ini lebih laanjut dapat dilihat dari
kandungan al-Qur’an yang banyak sekali berkaitan dengan perintah untuk
melakukan kebaikan, berbuat adil, menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan
kejahatan dan kemungkaran. Perhatikan ayat yang atinya:
"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran".
Dalam ayt
lain Allah berfirman yang artinya:
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik
laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri
Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik"
Ayat-ayat terdebut diatas memeberikan petunjuk dengan jelas bahwa al-Qur’an sangat memperhatikan pembinaan dan keutamaan-keutamaan akhlak, dan sekaligus menunjukan macam-macam perbuatan yang termasuk akhlak mulia. Ayat-ayat tersebut diatas menyebutkan tentang keadilan berbuat kebajikan dan memeberi makan kepada kaum kerabat.
Apa yang diperintahkan Tuhan tersebut,
kemudian dilaksanakan oleh manusia, akibatnya oleh manusia sendiri. Orang
melakukan berbagai perbuatan baik yang diperintahkan Tuhan tersebut akan
mendapatkan berbagai keberuntungan yang lebih besar baik di dunia maupun di
akhirat.
Perhatian islam terhadap pembinaan
akhlak lebih lanjut dapat dijelaskan dalam menunjukan universalitas al-Qur’an
mengenai jalan yang harus ditempuh oleh manusia. Hasil penelitian Thabathabi
terhadap kandungan al-Qur’an mengenai jalan yang harus ditempuh manusia itu ada
tiga macam, dengan uraiannya sebagai beriku:
- menurut petunjuk al-Qur’an, dalam hidupnya manusia hanya menuju kepada kebahagiaan, ketenangan dan pencapaian cita-citanya
- perbuatan-perbuatan yang dilakukan manusia senantiasa berada dalam suatu kerangka peraturan dan hukum tertentu.
- Jalan terbaik dan terkuat manusia adalah jalan hidup berdasarkan fitrah, bukan berdasarkan emosi dan dorongan nafsu.[4]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar