1. Sejarah kerajaan Demak
Di daerah
Jawa, kerajaan Demak memiliki peranan sangat penting dalam proses pendidikan
Islam. Kerajaan ini merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri di
tengah masyarakat yang sebelumnya sudah berada di bawah pengaruh Hindu
Majapahit. Yang sangat menonjol pada penyebaran Islam di Demak ini diperankan
oleh para wali yang kemudian disebut Wali Songo. Mereka banyak berkiprah
mengajarkan Islam baik kepada kalangan kerajaan, pejabat, maupun rakyat.
Walaupun kerajaan Demak tidak lebih dari setemgah abad, pendidikan Islam pada
saat itu sudah tersebar ke seluruh bagian pulau Jawa baik Barat, Tengah, maupun
Timur.
Kerajaan
Demak didirikan oleh Raden Fatah, seorang yang pernah belajar agama Islam
kepada sunan Ampel. Kerajaan ini berumur setengah abad yaitu 1550-1550 M. raden
Fatah sebagai raja pertama (1500-1518), Pati Unus sebagai raja kedua
(1518-1524) dan terakhir adalah Sultan Trenggono (1524-1546).
2.
Perkembangan Pendidikan Islam di Kerajaan Demak
a. Awal
penyebaran pendidikan Islam
Pada masa awal penyebaran Islam di
wilayah kekuasaan Demak yaitu di akhir abad ke- 15, kondisi masyarakat Jawa
pada umumnya sedang dalam keadaan buruk seirirng dengan melemahnya
situsi-politikdan ekonomi kerajaan-kerajaan yang berkuasa saat itu. Kekuasaan
Majapahit yang menguasai Jawa sudah diambang kehancuran ketika penyebaran Islam
mulai tumbuh. Kehidupan masyarakat juga sangat terpengaruh oleh imbas krisis
ekonomi yang dialami kerajaan.
Akhir abad ke-15 memang
disebut-sebut sebagai masa akhir kekuasaan Majapahit. Pada masa sulit ini,
pengaruh kerajaan sudah melemah. Pelaksanaan ritual keagamaan (Hindu) pun sudah
semakin jarang dilaksanakan oleh rakyat biasa. Seraya dengan ini, para pedagang
Islam dan guru-guru agama berdatangan dari berbagai daerah. Pendidikan Islam mulai
memainkan perannya. Mula-mula pendidikan Islam disampaikan oleh para saudagar
kepada orang-orang terdekat mereka. Sementara guru-guru membentuk kelompok
pengajiannya di tempatnya masing-masing.
Pada masa awal perkembangan ini yang
menjadi murid pun masih terbatas pada golongan menengah, kaum pedagang, dan
para buruh di Bandar-bandar. Mereka sangat tertarik dengan Islam karena
ajarannya yang tidak mengakui adanya perbedaan keturunan, golongan, dan suku
antar para pemeluknya. Sama rata yang diajarkan islam itu bagi kaum pedagang
dapat menciptakan tata tertetib dan keamanan seraya menonjolkan kerukunan kaum
muslim. Masyarakat Islam pun cepat terbentuk dan masjid sebagai sarana vital
keagamaan mulai didirikan dipusat-pusat kota atas dukungan masyarakat.
Pada awal perkembangannya,
pendidikan Islam bias dikatakan berlangsung secara spontan. Namun, ditengah
proses pendidikan yang spontanitas ini usaha intensifikasi pendidikan sudah
dirintis. Adalah sunsn Ampel (w. 1481 M) yang merintis corak pendidikan Islam
yang dilaksanakan secara intensif. Ia mendirikan sebuah perguruan berupa
pesantren yang dibangun di Ampel Denta, Surabaya untuk menampung para murid
yang secara intensif dididik agar menguasai ilmu agama Islam dan kelak bias
menjadi seorang guru agama di daerahny masing-masing.
2. Masa
Perkembangan
a. Tokoh
Pendidikan
Seluruh wali songo merupakan
tokoh-tokoh pendidikan kerajaan Demak. Selain mereka saling mendidik antara
satudan lainnya, mereka juga memiliki tugas menyebarkan pendidikan islam ke berbagai
daerah. Penyebaran pendidikan islam yang dilakukan wali songo menjangkau
seluruh wilayah Jawa mulai dari Jawa Barat, Tengah, sampai Timur.
Keterpaduan
pihak kerajaan dengan para wali dalam pendidikan Islam selama kurun waktu
setengah abad ini, telah mampu mengislamkan Jawa. Islamisasi Jawa ini lebih
gencar lagi dan lebih terencana dilakukan oleh Sultan Trenggana karena ia
sendiri telah memiliki cita-cita ingin mengislamkan seluruh Jawa. Ia pun
membagi tugas kepada para wali untuk menempati daerah-daerah tertentu dan
memberikan pendidikan Islam kepada masyarakat di tempat itu.
Selain wali sembilan, terdapat juga
seorang wali yang juga berperan dalam pendidikan islam, yaitu Syeikh Siti Jenar
atau dikenal dengan Syekh Lemah Abang. Ia adalah tokoh controversial karena
mengajarkan ajaran-ajaran yang berbeda dengan para wali. Ajaran yang ia pahami
dikenal dengan sebutan manunggaling kawula gusti. (dalam terminology
tasawuf disebut ittihad) yang artinya bersatunya tubuh hamba (manusia)
dengan tuhan.
Selain para wali sebagai tokoh
sentralnya, orang-orang asing (luar jawa, diantaranya dari Mekkah) beragama
islam yang datang ke pesisir Jawa juga telah membantu penyebaran pendidikan
islam. Mereka datang dan tinggal di dekat masjid yang telah di bangun. Mereka mengajarkan
ilmu agama islam kepada masyarakat yang makin lama makin memperkuat keagamaan
mereka.
b. Sarana
Pendidikan
Dalam melakukan tugas pendidikan
islam kepada masyarakat, para wali menggunakan masjid sebagai sarana
pengembangan pendidikan islam. Masjidn Agung Demak adalah Masjid tertua di
pulau Jawa yang menjadi pusat dan lambing kerajaan. Selain sebagai tempat
ibadah, masjid Agung Demak juga digunakan sebagai pusat bertukar pendidikan
Islam.
Di Demak pendidikan agama di adakan
di masjid-masjid umum selain di masjid Agung. Masjid-masjid ini di pimpin oleh
seorang Badal yang di tugaskan kerajaan. Badal kemudian digelari Kyai Ageng
yang bertugas menjadi seorang guru. Pendidikan agama yang di laksanakan di
masjid-masjid diperuntukkan bagi masyarakat umum, sementara keluarga kerajaan
belajar agama secara langsung dari wali-wali yang digelari sunan baik di istana
maupun di rumah para wali itu.
Bagi para pencari ilmu yang ingin
mempelajari ajaran islam secara intensif, didirikan pesantren-pesantren yang di
kelola oleh para wali atau guru-guru agama. Pesantren pada saat itu merupakan
tempat pendidikan agama yang di huni khusus oleh kelmpok-kelompok masyarakat
yang terpisah dari kelompok lainnya. Pesantren-pesantren didirikan dilokasi
terpisah dari kelompok lainnya. Pesantren-pesantren didirikan dilokasi tertentu
yang khusus di peruntukan untuk perguruan agama, dan tak jarang jauh di
pegunungan.
C. METODE
DAN MATERI PENDIDIKAN ISLAM
1. Metode Pendidikan
Rencana pendidikan dan pengajaran islam
sering dilaksanakan dalam Bayangkare Islam, yaitu pusat pengembangan islam yang
dibentuk para wali secara bersama-sama. Dalam forum Bayangkare Islam ini pernah
diputuskan bahwa mengajar agama harus melalui cara-cara yang bisa diterima oleh
maswyarakat. Para wali memutuskan bahwa semua cabang kebudayaan Demak, yakni
filsafat hidup,
mAS YUSRAN..SAYA IJIN COPY PASTE YA..BUAT DI BLOGKU....
BalasHapus