Kiri Islam Antara Modernisme dan
Posmodernisme
Judul buku : Kiri Islam Antara Modernisme dan
Posmodernisme
Judul Asli : Between Modernity
and Posmodernity The Islamic Left
Pengarang : Hasan Hanafi
Penerjemah : M. Imam Aziz & M. Jadul Maula
Jumlah Halaman : 185
Penerbit : LkiS, Yogyakarta
Pendahuluan:
Diera globalisasi seperti sekarang ini
manusia pada umumnya dituntut untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang baik
pendidikan, ekonomi dan pemerintahan. Dalam segi pendidikan setiap negara
dituntut untuk menggunakan sistem klasikal karna termasuk kedalam masaah
globalisasi dam modernitas. Dalam segi ekonomi setiap negara dituntut untuk
menggunakan uang dalam melaksanakan jual beli. Dan dalam segi pemerintahan
setiap negara harus menggunakan sistem demokrasi. Dan semua ini dimotosi oleh
pihak yang berkuasa yaitu pihak dari barat. Dan tidak menutup kemungkinan
banyak terjadi pemisahan antara sekelompk sosial masyarakan. Dan akhirnya Islam
terpengaruh terhadap semuaitu sehingga Islam memisahkan antara yang miskin dan
yang kaya, yang kuat dan yang lemah, padahal pada hakikatnya Al-Qur’an
mengajarkan manusia bahwa tidak ada pemisahan atau perbedaan antara manusia
dimata Allah, yang membedakan adalah taraf atau tinggkat ibadahnya.
Dari
keadaan seperti ini diperlukan seorang tokoh yang mampu berfikir untuk menyatukan
umat Islam dan menghilangkan segala sekat-sekat yang dibuat oleh Barat yang
bertujuan memecah umat Islam. Dari sini lahirlah Hasan Hanafi yang muncul
sebagai pembaharu untuk mempersatukan umat islam dalam satu ruang lingkup
dengan menggunakan teorinya yaitu Kiri Islam.
Isi Buku:
Dengan mengikuti determinisme-historik,
Hasan Hanafi kemudian mengambil posisi kekirian. Hal ini disebabkan oleh
kenyataan bahwa ia membawa kebebasan melalui penghancuran konstruk lama yang
serba reaksiner dari feodalisme-kapitalistik yang menguasai
masyarakat-masyarakat duania yang sedang berkembang. Karena kaum reaksioner
dinilai sebagai ”kaum kanan”, dengan sendirinya lawan mereka termasuk yang
tidak komunistik, dianggap sebagai ”kaum kiri”. Sudut pandang seperti inilah yang
harus kita miliki untuk menilai ke-kiri-an Hasan hanafi, yang pada dasarnya
juga ditentang oleh kaum kiri komunistik. Penggunaan istilah Kiri Islam oleh
Hasan Hanafi, karena dikemukakan secara bertahap dan belum memiliki keutuhan
teoretik, sering kali menimbulkan kesalah fahaman. Ke-kiri-an yang ditimbulkan
dari keislaman, sejauh manapun ia berlaga dengan ke-kanan-an, kemutlakkannya
tidak dapat diterima komunisme.
Paceklik
pemikiran kaum sosialis itu mendorong sublimasi pemikiran pembebasan dalam diri
Hasan Hanafi itu pada tatanan baru dalam perjalanan pemikirannya. Pemikiran
universalistik Hasan Hanafi itu dapat dilihat atau ditopang dari dua pendekatan
yang pertama pendekatan pengintegrasian wawasan keislaman dari kehidupan kaum
muslim dalam upaya penegakan martabat manusia melaui upaya pencapaian otonomi
individual, yang kedua pengembangan epistimologi ilmu pengetahuan baru.
Menurut
Hasan Hanafi Kiri Islam adalah kelanjutan Al-Urwah al-Watsqa dan Al-mannar
diihat dari keterikatannya dengan agenda Islam al-Afghani yaitu melawan
kolonialisme dan keterbelakangan menyerukan kebebasan dan keadilan sosial serta
mempersatukan kaum muslimin kedalam blok Islam atau blok timur. Dengan demikian
Kiri Islam merupakan penyempurnaan agenda modern islam yang mengungkapkan
realitas dan tendensi sosial politik kaum muslimin, hanya saja Kiri Islam
berangkat dari perbedaan yang ada pada umat Islam ”yang satu” itu, antara kaya
dan miskin, kuat dan lemah, penindas dan yang ditindas, yang memiliki segala
hal dan tidak memiliki apa-apa, orang yang eksis dan yang tidak eksis.
Kiri
Islam lahir setelah berbagai metode pembaruan masyarakat kita dalam beberapa
generasi hanya menghasilkan keberhasilan yang relatif, bahkan untuk sebagiannya
gagal, terutama dalam mengentaskan masalah keterbelakangan, Kiri Islam adalah
benteng pelindung bagi Islam dan kaum muslimin untuk melawan upaya-upaya
kolonialisasi kontemporer. Kiri Islam juga akan mengembangkan revormasi agama,
tidak hanya dalam tatanan menghadapi ancaman-ancaman zaman ini: kolonialisme,
proteksionisme, kapitalisme, keterbelakangan, dan penindasan.
Kiri
Islam berakar pula pada dimensi revolusioner dari khazanah intelektual lama.
Oleh karena itu rekonstruksi, pengembangan, dan pemurnian khazanah lama itu
sangat penting dilakukan. Dalam filsafat Kiri Islam mengikuti paradigma Ibnu
Rusyd ia menghindari iluminasi dan metafisika dengan mendayakan rasio untuk
menganalisis hukum alam. Kiri Islam menolak tasawuf serta memandangnya sebagai
penyebab dekadensi kaum muslim, yang ditengarai oleh Ibnu Taimiyah al-Kawakibi
dan Imam Khumaini sebagai orang-orang yang sok suci. Tasawuf sesungguhnya
tumbuh sebagai gerakan anti kemewahan, arogansi, gila kekuasaan, dan kompetensi
duniawi.
Peninjauan Buku:
Dilihat dari beberapa teorinya tampak
jelas bagi kita bahwa eksperimentasi yang dilakkan oleh Hasan Hanafi
menunjukkan penalaran yang semakin meningkat tatarannya. Dari kajian ilmiah
atas satu bidang study keislaman, ia menaikan taraf pemikirannya pada pembuatan
paradigma ideologi baru, termasuk pengajuan islam sebagai alternatif pembebasan
bagi rakyat jelata dihadapan kekuasaan kaum feodal. Pendekatan tersebut
diproklamasikan sebagai Kiri Islam. Demikianlah ulah setelah menyadari
kegagalan pendekatan ke-kiri-an itu. Hasan Hanafi membawa kita ketataran
pemikiran baru, yang lebih sublim tetapi lebih memberikan harapan Islam menjadi
mitra bagi peradaban-peradaban lain, dalam penciptaan peradaban dunia yang baru
dan universal. Kritik yang dilancarkan Shimogaki sebagai penganalisis terhadap
karya Hasan Hanafi ini yakni orientasi ke-kiri-an melalui paham Kiri Islam,
yang menjadi kandungan isi buku ini adalah kajian menarik atas salah satu titik
penting dalam pemikiran Hasan Hanafi ini, kita tidak akan mamu sepenuhnya
memahami apa yang ia yakini. Padahal, Hasan Hanafi justru mendorong kita
mereguk sepuas-puasnya air dari sumber universalisme yang berintikan pembebasan
kaum muslimin dari ketetrikatan yang membuat mereka bodoh dan terbelakang
selama ini. Bukankah pembebasan seperti ini juga esensi pembebasan dari
struktur kapitalistik dan feodal yang dulu diperjuangkannya melalui faham Kiri
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar