Senin, 02 Juli 2012

SEKULARISASI ILMU PENGETAHUAN II

      Secara bahasa istilah sekularisme berasal dari kata saeculum yang memiliki dua dimensi, yang pertama adalah dimensi ruang dengan pengertian di sini dan yang kedua adalah dimensi waktu dengan pengertian saat ini. Sekularisme memiliki pandangan akan kehidupan yang didasari akan pandangan di sini dan saat ini.
Secara makna sekularisme memiliki pandangan akan kehidupan yang memisahkan antara dunia dan akhirat, agama dan negara, akal dan wahyu, materi dan immateri, rasional dan irrasional. Sekularisme menjadi paham yang melihat sebuah realitas secara parsial dan menafikan segala sesuatu yang tidak bisa diterima secara rasional dan logis.

      Sekularisme berkembang dari aliran filsafat Yunani yang diawali oleh pemikiran salah satu filsuf Yunani, Aristoteles. Aristoteles mempunyai pemikiran bahwa Tuhan setelah menciptakan alam semesta tidak lagi mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam perputaran alam semeseta ini. Konsepsi Tuhan dalam pemikiran Aristoteles terpisah jauh dari realitas alam semesta sehingga memunculkan pandangan akan ketidak absolutan Tuhan. Pandangan ini akan menafikan realitas kekuasaan Tuhan dalam kehidupan alam semesta, khususnya manusia dan menyebabkan lahirnya pandangan pemisahan antara kekuasaan Tuhan dan kehidupan manusia.
      Sekularisme juga dapat dilihat dari berkembangnya aliran pemikiran rasionalisme yang menafikan sesuatu yang diluar pemahaman akal. Dalam pandangan rasionalisme, segala sesuatu yang diluar pemahaman akal manusia dinyatakan bukan sebagai sesuatu realitas dan diyakini ketiadaannya. Pandangan ini menilai sesuatu yang nyata adalah segala sesuatu yang dapat dicerna melalui indera manusia yaitu dapat dilihat, didengar, diraba, dibaui, dan dirasakan. Apabila dalam proses penginderaan sesuatu tidak dapat ditangkap realitasnya maka konsepsi akan hal tersebut adalah tidak nyata atau tiada. Beranjak dari pemahaman di atas maka pandangan hidup yang terbentuk dalam peradaban Yunani Kuno adalah pandangan hidup yang materialistik yang melihat bahwa realitas dunia adalah materi dan menolak immateri dalam konteks pemahaman oleh akal.
      Perkembangan ilmu pengetahuan dapat ditelusuri jejaknya dari peradaban besar yang terus hadir dalam peredaran dunia ini dengan silih berganti. Peradaban Yunani-Romawi, Peradaban Islam dan masa Renaissance. Penulis berpendapat salah satu faktor dalam perkembangan peradaban tersebut adalah berkembangnya ilmu pengetahuan sebagai trigger utama. Peradaban Yunani-Rumawi sebagai salah satu bangsa pionir dalam perkembangan ilmu pengetahuan tentu mempunyai andil dalam menyebarkan pemahaman yang materialistik dan rasionalistik.
      Perkembangan peradaban Islam juga disinyalir mendapatkan pengaruh dari filsafat dan pemikiran Yunani-Romawi yang diterjemahkan oleh cendekiawan muslim ke dalam bahasa Arab. Tokoh utama dalam penerjemahan tersebut adalah Ibnu Rusyd atau di Barat disebut Averroes. Ibnu Rusyd menerjemahkan karya Plato dan Aristoteles, dan setelahnya dunia Islam melakukan aktivitas dalam dunia intelektual dengan kecepatan yang mengagumkan.
      Dan adanya hubungan antara peradaban Islam dengan masa Renaissance di Barat juga diawali oleh adanya interaksi antara dunia Islam dengan dunia Barat. Diawali oleh perang Salib, interaksi sosial-budaya dan terjadinya transfer ilmu pengetahuan melalui penerjemahan karya-karya intelektual muslim oleh orang-orang Eropa, salah satu tokohnya adalah Edward dari Cremona. Kemudian muncullah budaya intelektual di Eropa abad pertengahan dengan Italia sebagai pusatnya. Tetapi ada satu hal yang berbeda dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa masuknya filsafat ke dalam peradaban Islam. Intelektual muslim mencoba merespon masuknya filsafat dengan melakukan proses penyaringan,penyeleksian dan pemilihan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar