Pertarungan Antara Alam Pikir Islam dengan Alam Pikir barat
Judul
Buku : Pertarungan Antara
Alam Pikir Islam dengan Alam Pikir Barat
Judul Asli : Asyira’u
Bainal Fikratil Islamiati Wal Fikratil Garbiyati
Pengarang :
Asy-Syaikh Abu Al-Hasan An-Nadwi
Penerjemah :
Mahjuddin Sjaf
Jumlah Halaman : 222
Penerbit : PT
Al-Ma’arif, Bandung
Pendahuluan:
Telah menjadi rahasia umum, sejak dunia
diciptakan Tuhan, tidak henti-hentinya umat manusia antara bangsa atau agama
bertarung terus-menerus, yang satu ingin menindas yang lainnya. Walaupun yang
yang demikian tidak kita kehendaki namun fakta sejarah berbicara demikian
hingga pada masa kinipun mereka sedang menunjukkan pertarungan sengit. Seperti
yang kita ketahui pada masa sekarang ini bahwasanya Palestina sedang dalam
tekanan serangan dari Israel yang membabi buta, kasus ini dapat dijadikan
sebagai salah satu contoh bahwa manusia tidak henti-hentinya untuk saling
menindas dan saling menguasai.
Apabila
kita tanggapi secara mendalam lagi serius, maka timbullah rasa skeptis,
terutama bagi generasi muda yang akan meneruskan tali perjuangan orang-orang
sebelumnya yang berusia lanjut. Dapatkah kiranya mereka menanggulangi ancaman
mara bahaya westernisasi yang menyusup secara menyeluruh dengan lihainya, dia
menyerbu kita dari segenap bidang agama dan kebudayaan ala barat. Oleh
karenanya kita perlu menanamkan diri kita dengan berbagai pengetahuan yang
dapat mendukung kehidupan kita untuk dapat menganalisis segala kejadian yang
terlihat dihadapan kita dengan mencari tau sebab kejadian tersebut dan segera
dianalisis kemudian diperkirakan efeknya, apakah baik ataukah sebaliknya.
Pengetahuan
yang ditawarkan bukan hanya pada pengetahuan sejarah dan bahkan perlu juga
untuk mengetahu pengetahuan tentang pemikiran yang dikemukakan oleh Barat
sehingga kita dapat mengetahui apa maksud dan tujuan Barat dalam melakkukan
segala aktifitasnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan keilmuan. Oleh
karena itu kita perlu melihat secara seksama letak persamaan dan perbedaan
dalam pemikiran yang ditawarlkan oleh Barat dan yang ditawarkan oleh Islam
sendiri, agar dapat menggugah diri kita untuk melakukan beberapa bembaharuan.
Isi Buku:
Sikap negatif dunia Islam menolak peradaban Barat
serta segala pembawaannya mentah-mentah dan menghadapinya sebagai pemberontak
yang menantang atau sebagai pengelak yang menyingkir dan memencilkan diri, tak
hendak mengambil sedikitpun juga, dan tak hendak memberi kesempatan buat
masuknya sesuatu ilmu dimana bangsa Eropa menunjukkan keunggulan dan keahlian
mereka, serta tak hendak mengutip manfaat dari percobaan-percobaan yang
dilakukan oleh orang-orang Barat, serta tidak bersedia pula mengimport suatupun
dari alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan perang maupun kebutuhan-kebutuhan
kehidupan lainnya.
Tak
dapat disangkal, bahwa sikap ini akan mengakibatkan kemunduran total yang amat
dahsyat dalam perlombaan hidup, dan memutuskan hubungan wilayah ini dengan
dunia lain, hingga ia akan menjadi suatu pulau terpencil yang tiada mempunyai
daya dan harga.
Suatu masa, dimana sebagian negeri Islam hidup
secara terpisah dan terpencil dari peradaban modern dengan segala kebaikan dan
keburukannya, masa itu adalah masa yang
singkat dan kacau balau serta terancam oleh serbuan peradaban dan
kebudayaan luar, oleh gelombang kemajuan yang melimpah dan merajalela. Memang
saat itu tidak berjalan lama, karena negara-negara tersebut telah diserbu oleh
peradaban barat, dan hasil-hasil pabrik modern begitupun barang-barang import
telah membanjir memasukinya.
Setelah
perang Dunia ke-II pengaruh-pengaruh tradisi telah melemah dan tidak berarti
apa-apa lagi disebabkan hasil kekayaan
minyak disokong oleh anasir-anasir kekuatan Barat. Tentu saja jazirah
Arabia tidak akan sampai sedemikian jauh jadi mangsa Barat seandainya
pemimpin-pemimpin negara tampil dengan usaha yang sunggu-sungguh dan rencana
tepat untuk berdiri diatas kaki sendiri, dan dengan niat yang tulus ikhlas
berdaya upaya untuk kemajuan , mengatur dan membimbing umat diatas garis yang
tegas jelas hingga mereka mengambil peradaban itu dengan seleksi berani dan
pemikiran yang matang.
Sebagai
pelopor dari cara berfikir dan gaya bekerja seperti ini adalah negeri Turki, ia
telah menerjuni peperangan dengan Eropa tanpa persiapan untuk melawannya baik
dalam ilmu ataupun teknik, ia melakukan kecerobohan dalam mengutip ilmu-ilmu
Eropa yang berguna. Sebagaimana yang dilakukan oleh Turki dalam mengadopsi segala
yang dilakukan oleh Barat baik dalam segi keilmuan, pemerintahan dan kebudayaan.
Demikianlah Turki menjadi perintis gerakan pembaharuan, jadi melakukan
pembaratan serta jadi suri touladan bagi parapemimpin aliran kemajuan dinegara
mereka, Kemal Attaturk telah jadi lambang kemajuan dan revolusi di negara-negara
yang sedang bangkit.
Begitu
halnya juga dengan Mesir, perdagangan asing baik yang di dalam maupun di luar
negeri, begitupun anjuran untuk westernisasi serta filsafat-filsafat barat yang
matrealistis yang masuk kedalam negeri dari luar dan disebarkan secara suka
rela oleh pujangga dan penulis-penulis besar didalam negeri, terus-menerus
memasukkan jarumnya kedalam otak manusia dan ditelan oleh golongan terpelajar
dari kalangan universitas dan generasi muda yang baru tumbuh serta
perwira-perwira dari golongan tentara. Maka dari itu mereka mencoba dan
menerapkan di negeri mereka dengan merubah corak kebangsaan (nasionalisme Arab
sebagai ganti nasionalisme Turki).maka dari dunia arab ditunggulah pemimpin-pemimpinyang
mempunyai pandangan yang lebih luas dan lebih agresif dari nasionalisme ini,
pendeknya semua menantikan dari para pemimpin revolusi yang berhasil ini
pemikiran yang lebih matang, dada yang lebih lapang, keahlian yang lebih
mendalam, serta perencanaan yang lebih orisinil.
Begitu
juga halnya dengan negara-nagara Islam lainnya, mereka memulai
kecenderungan-kecenderungan pemikiran barat, baik dalam segi westernisasi,
sekularisasi, dan modernisasi. Dan pemikiran inipun masuk kedalam negara Indonesia,
yang menimbulkan banyak polemik di dalam negara itu sendiri karena negara ini tidak berdasarkan islam dan
keagamaan. Dan akhirnya negara Islam mampu memadukan antara pemikiran dan
pembaharuan yang dilakukan oleh barat dengan budaya negara itu sendiri sehingga
dapat tercapainya negara yang makmur dan sejahtera.
Peninjauan Buku:
Buku yang bermutu dan cukup
berbobot ini, baik sekali dibaca oleh umat Islam, khususnya bagi orang yang
memperdalam pengetahuannya mengenai perbedaan pemikiran antara gagasan Islam
dan Barat, baik di Negara-negara Islam pada umumnya maupun di Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan pancasila ini.
Dalam buku ini dijelaskan
dengan tegas bagaimana derasnya erosi modernisasi ala-Barat, faham-faham
sekularisme dll, melanda kebudayaan dunia Islam, seandainya tidak kunjung
dibendung dengan kuat, tentu akan merusak kemurnian ajaran Islam secara
keseluruhan, karena konsep pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh barat
dengan tanpa berorientasi pada nlai-nilai, sedangkan Islam melakukan segala
aktifitas dalam bidang apapun sarat dengan nilai-nilai yang berlandaskan agama.
Wajar kiranya bila umat Islam
begitu sulit untuk menerima pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh barat
karena dipengaruhi oleh beberapa sebab diatas. Namun seiring dengan
berkembangnya zaman yang terus menuntut masyarakat untuk berfikir maju dan
mencapai perubahan, akhirnya masyarakat Islam mulai memahami konsep-konsep yang
ditawarkan oleh barat tanpa menghapuskan norma-norma yang ditawarkan oleh agama
Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar