Senin, 02 Juli 2012

RESENSI BUKU II

Pertarungan Antara Alam Pikir Islam dengan Alam Pikir barat 

Judul Buku          : Pertarungan Antara Alam Pikir Islam dengan Alam Pikir Barat
Judul Asli                    : Asyira’u Bainal Fikratil Islamiati Wal Fikratil Garbiyati
Pengarang                   : Asy-Syaikh Abu Al-Hasan An-Nadwi
Penerjemah                  : Mahjuddin Sjaf
Jumlah Halaman          : 222
Penerbit                       : PT Al-Ma’arif, Bandung

Pendahuluan:
         Telah menjadi rahasia umum, sejak dunia diciptakan Tuhan, tidak henti-hentinya umat manusia antara bangsa atau agama bertarung terus-menerus, yang satu ingin menindas yang lainnya. Walaupun yang yang demikian tidak kita kehendaki namun fakta sejarah berbicara demikian hingga pada masa kinipun mereka sedang menunjukkan pertarungan sengit. Seperti yang kita ketahui pada masa sekarang ini bahwasanya Palestina sedang dalam tekanan serangan dari Israel yang membabi buta, kasus ini dapat dijadikan sebagai salah satu contoh bahwa manusia tidak henti-hentinya untuk saling menindas dan saling menguasai.

         Apabila kita tanggapi secara mendalam lagi serius, maka timbullah rasa skeptis, terutama bagi generasi muda yang akan meneruskan tali perjuangan orang-orang sebelumnya yang berusia lanjut. Dapatkah kiranya mereka menanggulangi ancaman mara bahaya westernisasi yang menyusup secara menyeluruh dengan lihainya, dia menyerbu kita dari segenap bidang agama dan kebudayaan ala barat. Oleh karenanya kita perlu menanamkan diri kita dengan berbagai pengetahuan yang dapat mendukung kehidupan kita untuk dapat menganalisis segala kejadian yang terlihat dihadapan kita dengan mencari tau sebab kejadian tersebut dan segera dianalisis kemudian diperkirakan efeknya, apakah baik ataukah sebaliknya.
         Pengetahuan yang ditawarkan bukan hanya pada pengetahuan sejarah dan bahkan perlu juga untuk mengetahu pengetahuan tentang pemikiran yang dikemukakan oleh Barat sehingga kita dapat mengetahui apa maksud dan tujuan Barat dalam melakkukan segala aktifitasnya baik dalam bidang ekonomi, politik dan keilmuan. Oleh karena itu kita perlu melihat secara seksama letak persamaan dan perbedaan dalam pemikiran yang ditawarlkan oleh Barat dan yang ditawarkan oleh Islam sendiri, agar dapat menggugah diri kita untuk melakukan beberapa bembaharuan.

Isi Buku:
          Sikap negatif dunia Islam menolak peradaban Barat serta segala pembawaannya mentah-mentah dan menghadapinya sebagai pemberontak yang menantang atau sebagai pengelak yang menyingkir dan memencilkan diri, tak hendak mengambil sedikitpun juga, dan tak hendak memberi kesempatan buat masuknya sesuatu ilmu dimana bangsa Eropa menunjukkan keunggulan dan keahlian mereka, serta tak hendak mengutip manfaat dari percobaan-percobaan yang dilakukan oleh orang-orang Barat, serta tidak bersedia pula mengimport suatupun dari alat-alat dan perlengkapan-perlengkapan perang maupun kebutuhan-kebutuhan kehidupan lainnya.
         Tak dapat disangkal, bahwa sikap ini akan mengakibatkan kemunduran total yang amat dahsyat dalam perlombaan hidup, dan memutuskan hubungan wilayah ini dengan dunia lain, hingga ia akan menjadi suatu pulau terpencil yang tiada mempunyai daya dan harga.
          Suatu masa, dimana sebagian negeri Islam hidup secara terpisah dan terpencil dari peradaban modern dengan segala kebaikan dan keburukannya, masa itu adalah masa yang     singkat dan kacau balau serta terancam oleh serbuan peradaban dan kebudayaan luar, oleh gelombang kemajuan yang melimpah dan merajalela. Memang saat itu tidak berjalan lama, karena negara-negara tersebut telah diserbu oleh peradaban barat, dan hasil-hasil pabrik modern begitupun barang-barang import telah membanjir memasukinya.
         Setelah perang Dunia ke-II pengaruh-pengaruh tradisi telah melemah dan tidak berarti apa-apa lagi disebabkan hasil kekayaan  minyak disokong oleh anasir-anasir kekuatan Barat. Tentu saja jazirah Arabia tidak akan sampai sedemikian jauh jadi mangsa Barat seandainya pemimpin-pemimpin negara tampil dengan usaha yang sunggu-sungguh dan rencana tepat untuk berdiri diatas kaki sendiri, dan dengan niat yang tulus ikhlas berdaya upaya untuk kemajuan , mengatur dan membimbing umat diatas garis yang tegas jelas hingga mereka mengambil peradaban itu dengan seleksi berani dan pemikiran yang matang.
         Sebagai pelopor dari cara berfikir dan gaya bekerja seperti ini adalah negeri Turki, ia telah menerjuni peperangan dengan Eropa tanpa persiapan untuk melawannya baik dalam ilmu ataupun teknik, ia melakukan kecerobohan dalam mengutip ilmu-ilmu Eropa yang berguna. Sebagaimana yang dilakukan oleh Turki dalam mengadopsi segala yang dilakukan oleh Barat baik dalam segi keilmuan, pemerintahan dan kebudayaan. Demikianlah Turki menjadi perintis gerakan pembaharuan, jadi melakukan pembaratan serta jadi suri touladan bagi parapemimpin aliran kemajuan dinegara mereka, Kemal Attaturk telah jadi lambang kemajuan dan revolusi di negara-negara yang sedang bangkit.
         Begitu halnya juga dengan Mesir, perdagangan asing baik yang di dalam maupun di luar negeri, begitupun anjuran untuk westernisasi serta filsafat-filsafat barat yang matrealistis yang masuk kedalam negeri dari luar dan disebarkan secara suka rela oleh pujangga dan penulis-penulis besar didalam negeri, terus-menerus memasukkan jarumnya kedalam otak manusia dan ditelan oleh golongan terpelajar dari kalangan universitas dan generasi muda yang baru tumbuh serta perwira-perwira dari golongan tentara. Maka dari itu mereka mencoba dan menerapkan di negeri mereka dengan merubah corak kebangsaan (nasionalisme Arab sebagai ganti nasionalisme Turki).maka dari dunia arab ditunggulah pemimpin-pemimpinyang mempunyai pandangan yang lebih luas dan lebih agresif dari nasionalisme ini, pendeknya semua menantikan dari para pemimpin revolusi yang berhasil ini pemikiran yang lebih matang, dada yang lebih lapang, keahlian yang lebih mendalam, serta perencanaan yang lebih orisinil.
         Begitu juga halnya dengan negara-nagara Islam lainnya, mereka memulai kecenderungan-kecenderungan pemikiran barat, baik dalam segi westernisasi, sekularisasi, dan modernisasi. Dan pemikiran inipun masuk kedalam negara Indonesia, yang menimbulkan banyak polemik di dalam negara itu sendiri karena  negara ini tidak berdasarkan islam dan keagamaan. Dan akhirnya negara Islam mampu memadukan antara pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh barat dengan budaya negara itu sendiri sehingga dapat tercapainya negara yang makmur dan sejahtera.    
             
Peninjauan Buku:
Buku yang bermutu dan cukup berbobot ini, baik sekali dibaca oleh umat Islam, khususnya bagi orang yang memperdalam pengetahuannya mengenai perbedaan pemikiran antara gagasan Islam dan Barat, baik di Negara-negara Islam pada umumnya maupun di Negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila ini.
Dalam buku ini dijelaskan dengan tegas bagaimana derasnya erosi modernisasi ala-Barat, faham-faham sekularisme dll, melanda kebudayaan dunia Islam, seandainya tidak kunjung dibendung dengan kuat, tentu akan merusak kemurnian ajaran Islam secara keseluruhan, karena konsep pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh barat dengan tanpa berorientasi pada nlai-nilai, sedangkan Islam melakukan segala aktifitas dalam bidang apapun sarat dengan nilai-nilai yang berlandaskan agama.
Wajar kiranya bila umat Islam begitu sulit untuk menerima pemikiran dan pembaharuan yang dilakukan oleh barat karena dipengaruhi oleh beberapa sebab diatas. Namun seiring dengan berkembangnya zaman yang terus menuntut masyarakat untuk berfikir maju dan mencapai perubahan, akhirnya masyarakat Islam mulai memahami konsep-konsep yang ditawarkan oleh barat tanpa menghapuskan norma-norma yang ditawarkan oleh agama Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar