Kembali
Pada Kemurnian Islam
Judul buku : Kembali
Pada Kemurnian Islam
Judul Asli : Ila
Al-Islami Min Jadid
Pengarang :
Asy-Syaikh Abu Al-Hasan An-Nadwi
Penerjemah : Zainal
Arief Fachruddin
Jumlah Halaman : 202
Penerbit : CV
Firdaus, Jakarta
Pendahuluan:
Islam
sebagai dien Al-Wasath, dengan risalah da’wah dan ciri-ciri khasnya yang
harus disebarkan kepada seluruh umat manusia, yang hidup pada masanya dan
masa-masa sesudahnya, ternyata pada praktek pelaksaannya dewasa ini, banyak
diselewengkan oleh golongan-golongan manusia yang mengaku dirinya muslim. Oleh
individu-individu yang telah memproklamirkan dirinya sebagai muslim. Tertutup
oleh ke-islaman seorang muslim. Tercoreng oleh lemahnya pemahaman kaum muslimin
akan nilai-nilai keislaman yang harus mereka terjemahkan dalam kehidupan
sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berpolitik, berekonomi, bahkan
dalam segala aspek kehidupan. Karenanya, besarnya kualitas kaum muslimin tidak
pernah melahirkan kualitas. Tergusur oleh ide-ide moderenisasi yang nota-bene
merupakan ideologi ideologi destruktif, yang sangat membahayakan
eksistensi Islam dan kaum muslinin di tengah-tengah percaturan internasional.
Lemahnya iman, telah memporak-porandakan tatanan
kehidupan Islami. Mendongkel islam dari dada setiap muslim di setiap dekade.
Motivasi mereka untuk memilih tatanan kehidupan jahiliah modern. Mereka
tanggalkan baju Islam, lalu mereka kenakan baju jahiliah, semakin jauh mereka
melanhkah, semakin jauh mereka dari islam. Mereka lupa bahwa risalah dakwah harus selalu
mereka emban dan mereka sebarkan. Bahwa kemurnian islam harus selalu mereka
jaga dan mereka pelihara disetiap tmpat dan waktu.
Isi Buku:
Proses
kehidupan manusia secara alami telah berlangsung semenjak 14 abad yang silam,
pada saat itu ketika dunia pertanian semakin ramai dengan berbagai hasil yang
melimpah ruah, bisnis dan perdaganganpun semakin ramai. Apabila umat baru ini
dilahirkan untuk merenovasi industri, mengembangkan seni dan keterampilan
sesungguhnya tenaga ahli dan profesional tidak memerlukan penambahan dan
reformasi, dan apabila umat baru ini dilahirkan untuk menikmati kemewahan hidup
maka sesungguhnya mereka bukanlah umat baru tetapi saingan baru, sehingga sudah
sepantasnya mereka diperangi dan disingkirkan.
Hijrahnya
kaum muslimin dari setiap jengkal bumi ini tidak akan merubah struktur
kehidupan dan juga tidak akan menghambat perputaran perekonomi dunia.
Sesungguhnya hanya orang mukminlah yang mempunyai belas kasih hakiki disaat
otak menjadi sembahan dan materi menjadi penguasa sementara manusia diperbudak
oleh nafsu perutnya. Manakala seorang mukmin taat dan tunduk terhadap semua
ketentuan Allah, dia akan mampu memutar haluan arus kehidupan dan mengembalikan
arah perjalanan sejarah. Sesungguhnya dunia ini tidak lebih dari sebuah pasar,
arena transaksi yang tidak mengenal belas kasih, toleransi, kemuliaan, dan
kedermawanan. Hanya orang mukminlah yang memiliki sifat-sifat mulia dan
karakter yang luhur, merekalah yang lebih mengutamakan orang lain dari pada
diri pribadi mereka, meskipun mereka sendiri sangat memerlukannya.
Sudah
sejak berabad-abad lamanya kita melihat diri kita sebagai suatu kelompok sosial
masyarakat terbesar di seluruh penjuru dunia. Apa yang telah ada dan landasan
aqidah yang kokoh merupakan dua modal yang tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Namun adakalanya kita melirik dunia Barat, bahkan tidak jarang kita berafiliasi
dalam bentuk pola hidup dan politik sosial kemasyarakatan. Sudah semenjak lama
kita percaya dan mengakui kekuatan bangsa Barat di tengah kehidupan kita,
sehingga kita menganggap hal itu sebagai suatu yang harus terjadi. Kita
menganggap penguasaan barat atas wilayah-wilayah Islam, pengaruh kehidupan
barat dalam masyarakat Islam, serta perubahan-perubahan mendasar atas aqidah
dan syariat Islam, sebagai sebuah pembaharuan dan modernisasi. Akibatnya, kita
tidak mampu bangkit untuk menyingkirkannya.
Tegaknya
suatu corak pemerintahan Islam bagi kaum muslimin di sebuah negeri, merupakan
sebuah alternatif yang diharapkan agar
pemimpin Islam, pemegang kendali pemerintahan negara-negara Islam, mampu
memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada seefisien mungkin dengan
program-program yang terencana, dalam rangka menunaikan kewajiban dakwah dengan
tidak meninggalkan kewaspadaan akan musuh-musuh yang selalu mengancam.
Dua
seruan yang selalu bersaingan dan bertentangan, terlahir semenjak dunia ini
diciptakan. Seruan kepada penghambatan terhadap nafsu dan kebebasan manusia
yang mutlak, tanpa mengenal batas. Dan seruan yang mengatakan, bahwa manusia
adalah hamba Allah yang setiap individunya dibebani tugas dan tanggung jawab
yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Semenjak 14 abad yang silam,
Allah SWT telah memilih dan menentukan untuk mengendalikan seruan yang kedua
(dakwah Islam) dan menyerahkan kepada mereka kepemimpinan dunia hingga
datangnya hari kiamat. Adapun seruan yang kedua (jahiliyah) selalu
membayang-bayangi dan bersekongkol untuk menghancurkannya, bahkan berhasil
menguasai berbagai bangsa sepanjang sejarah. Kaum muslimin telah kehilangan
akhlak dan keutamaan-keutamaannya yang merupakan kekuatan ruhaniah dan senjata
terhunus dalam menghadapi setiap pergolakan hidup ini.sehingga dengan mudah
bangsa-bangsa lain mengambil alih peranan mereka. Inilah beberapa faktor yang
mendorong kebangkitan bangsa barat dan penyebab kemenangan jahiliyah atas
dakwah Islamiyah.
Sumber
petaka dan musibah terbesar bagi kehidupan manusia yaitu ketika manusia dilanda
krisis iman dan krisis akhlak. Jika hal itu tercabut, berarti malapetaka bagi
sgenap alam, yaitu iman. Tercabutnya iman dari dada, berarti kita harus siap
berhadapan dengan berbagai problematika kehidupan. Baik dalam skala kecil
sebagai individu, maupun dalam skala yang lebih luas, yakni masyarakat dan
negara. Problematika tersebut akan terus berkembang menjadi problematioka
internasional dan dampaknya adalah kehancuran. Problematika tersebut adalah
dekadensi moral dan kebobrokan mental.
Peninjauan Buku:
Tujuan
dari perselisihan dan permusuhan yang timbul adalah karena dorongan nafsu dan
ambisi jiwa. Selama penyakit jiwa tersebut belum disembuhkan dan
kotoran-kotoran yang bersarang di dalamnya belum dibersihkan, maka tidak ada
harapan akan terciptanya kedamaian dan ketentraman dunia. Selama krisis iman
dan akhlak belum tertanggulangi, tidak akan terwujud kesejahteraan dan
keadilan.
Dalam
buku ini diutarakan bagaimana Islam mampu melalukan segala sesuatu dengan
kemampuannya sendiri, dengan bermodal Al-Qur’an dan sunnah, namun buku ini
mengkritisi keadaan umat Islam yang tidak dapat memanfaatkan apa yang
dimilikinya padahal kelompok mastyarakat Islam adalah kelompokmasyarakat sosial
terbesar diseliruh penjuru dunia ini. Akan tetapi baratlah yang lebih dahulu
memiliki apa yang seharusnya dimiliki oleh umat Islam karena keegoisannya,
bahkan pada zaman sekarang ini mau tidak mau Islam harus mengikuti perkrmbangan
Barat dalam berbagai aspek walaupun tidak seutuhnya.
Oleh
karenanya masyarakat Islam harus mulai ditanamkan semangat pembaharuan untuk
memajukan Islam dimasa mendatang karena kelanjutan perkembangan selanjutnya
akan diambil alih oleh generasi muda yang senantiasa meneruskan perjuangan kaum
tua yang telah lanjun usia. Dan dari sinilah ditanamkan bagi generasi muda
untuk menjalankan syariat Islam secara benar dan dapat mengimbangi perkembangan
yang dilakukan oleh Barat dalam berbagai aspek..
Buku
ini sangat bagus untuk memotifasi generasi muda dalam mengembangkan potensi
keagamaannya menuju kepada kemusnian Islam, dan buku ini dapat memberi gambaran
bagaimana Islam berkembang pada masa kejayaannya. Namun buku ini memiliki
kelemahan dalam mempersentasikan Islam secara mendalam karena terlalu
meninggikan Islam tanpa nemanfaatkan perkembangan yang dilakukan oleh Barat,
baiknya Islam mampu mengambil manfaat dari perkembangan yang dilakukan oleh
Barat seperti yang dilakukan oleh Ismail Al-Faruqi dan Naquib Al-Atas mengenai
islamisasi ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar