Senin, 02 Juli 2012

RESENSI BUKU

Kembali Pada Kemurnian Islam

Judul buku                  : Kembali Pada Kemurnian Islam
Judul Asli                    : Ila Al-Islami Min Jadid
Pengarang                   : Asy-Syaikh Abu Al-Hasan An-Nadwi
Penerjemah                  : Zainal Arief Fachruddin
Jumlah Halaman          : 202
Penerbit                       : CV Firdaus, Jakarta

Pendahuluan:
         Islam sebagai dien Al-Wasath, dengan risalah da’wah dan ciri-ciri khasnya yang harus disebarkan kepada seluruh umat manusia, yang hidup pada masanya dan masa-masa sesudahnya, ternyata pada praktek pelaksaannya dewasa ini, banyak diselewengkan oleh golongan-golongan manusia yang mengaku dirinya muslim. Oleh individu-individu yang telah memproklamirkan dirinya sebagai muslim. Tertutup oleh ke-islaman seorang muslim. Tercoreng oleh lemahnya pemahaman kaum muslimin akan nilai-nilai keislaman yang harus mereka terjemahkan dalam kehidupan sehari-hari, dalam kehidupan bermasyarakat, berpolitik, berekonomi, bahkan dalam segala aspek kehidupan. Karenanya, besarnya kualitas kaum muslimin tidak pernah melahirkan kualitas. Tergusur oleh ide-ide moderenisasi yang nota-bene merupakan ideologi ideologi destruktif, yang sangat membahayakan eksistensi Islam dan kaum muslinin di tengah-tengah percaturan internasional.
         Lemahnya iman, telah memporak-porandakan tatanan kehidupan Islami. Mendongkel islam dari dada setiap muslim di setiap dekade. Motivasi mereka untuk memilih tatanan kehidupan jahiliah modern. Mereka tanggalkan baju Islam, lalu mereka kenakan baju jahiliah, semakin jauh mereka melanhkah, semakin jauh mereka dari islam. Mereka lupa bahwa risalah dakwah harus selalu mereka emban dan mereka sebarkan. Bahwa kemurnian islam harus selalu mereka jaga dan mereka pelihara disetiap tmpat dan waktu.

Isi Buku:
         Proses kehidupan manusia secara alami telah berlangsung semenjak 14 abad yang silam, pada saat itu ketika dunia pertanian semakin ramai dengan berbagai hasil yang melimpah ruah, bisnis dan perdaganganpun semakin ramai. Apabila umat baru ini dilahirkan untuk merenovasi industri, mengembangkan seni dan keterampilan sesungguhnya tenaga ahli dan profesional tidak memerlukan penambahan dan reformasi, dan apabila umat baru ini dilahirkan untuk menikmati kemewahan hidup maka sesungguhnya mereka bukanlah umat baru tetapi saingan baru, sehingga sudah sepantasnya mereka diperangi dan disingkirkan.
         Hijrahnya kaum muslimin dari setiap jengkal bumi ini tidak akan merubah struktur kehidupan dan juga tidak akan menghambat perputaran perekonomi dunia. Sesungguhnya hanya orang mukminlah yang mempunyai belas kasih hakiki disaat otak menjadi sembahan dan materi menjadi penguasa sementara manusia diperbudak oleh nafsu perutnya. Manakala seorang mukmin taat dan tunduk terhadap semua ketentuan Allah, dia akan mampu memutar haluan arus kehidupan dan mengembalikan arah perjalanan sejarah. Sesungguhnya dunia ini tidak lebih dari sebuah pasar, arena transaksi yang tidak mengenal belas kasih, toleransi, kemuliaan, dan kedermawanan. Hanya orang mukminlah yang memiliki sifat-sifat mulia dan karakter yang luhur, merekalah yang lebih mengutamakan orang lain dari pada diri pribadi mereka, meskipun mereka sendiri sangat memerlukannya.
         Sudah sejak berabad-abad lamanya kita melihat diri kita sebagai suatu kelompok sosial masyarakat terbesar di seluruh penjuru dunia. Apa yang telah ada dan landasan aqidah yang kokoh merupakan dua modal yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Namun adakalanya kita melirik dunia Barat, bahkan tidak jarang kita berafiliasi dalam bentuk pola hidup dan politik sosial kemasyarakatan. Sudah semenjak lama kita percaya dan mengakui kekuatan bangsa Barat di tengah kehidupan kita, sehingga kita menganggap hal itu sebagai suatu yang harus terjadi. Kita menganggap penguasaan barat atas wilayah-wilayah Islam, pengaruh kehidupan barat dalam masyarakat Islam, serta perubahan-perubahan mendasar atas aqidah dan syariat Islam, sebagai sebuah pembaharuan dan modernisasi. Akibatnya, kita tidak mampu bangkit untuk menyingkirkannya.
         Tegaknya suatu corak pemerintahan Islam bagi kaum muslimin di sebuah negeri, merupakan sebuah alternatif  yang diharapkan agar pemimpin Islam, pemegang kendali pemerintahan negara-negara Islam, mampu memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada seefisien mungkin dengan program-program yang terencana, dalam rangka menunaikan kewajiban dakwah dengan tidak meninggalkan kewaspadaan akan musuh-musuh yang selalu mengancam.
         Dua seruan yang selalu bersaingan dan bertentangan, terlahir semenjak dunia ini diciptakan. Seruan kepada penghambatan terhadap nafsu dan kebebasan manusia yang mutlak, tanpa mengenal batas. Dan seruan yang mengatakan, bahwa manusia adalah hamba Allah yang setiap individunya dibebani tugas dan tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Semenjak 14 abad yang silam, Allah SWT telah memilih dan menentukan untuk mengendalikan seruan yang kedua (dakwah Islam) dan menyerahkan kepada mereka kepemimpinan dunia hingga datangnya hari kiamat. Adapun seruan yang kedua (jahiliyah) selalu membayang-bayangi dan bersekongkol untuk menghancurkannya, bahkan berhasil menguasai berbagai bangsa sepanjang sejarah. Kaum muslimin telah kehilangan akhlak dan keutamaan-keutamaannya yang merupakan kekuatan ruhaniah dan senjata terhunus dalam menghadapi setiap pergolakan hidup ini.sehingga dengan mudah bangsa-bangsa lain mengambil alih peranan mereka. Inilah beberapa faktor yang mendorong kebangkitan bangsa barat dan penyebab kemenangan jahiliyah atas dakwah Islamiyah.
         Sumber petaka dan musibah terbesar bagi kehidupan manusia yaitu ketika manusia dilanda krisis iman dan krisis akhlak. Jika hal itu tercabut, berarti malapetaka bagi sgenap alam, yaitu iman. Tercabutnya iman dari dada, berarti kita harus siap berhadapan dengan berbagai problematika kehidupan. Baik dalam skala kecil sebagai individu, maupun dalam skala yang lebih luas, yakni masyarakat dan negara. Problematika tersebut akan terus berkembang menjadi problematioka internasional dan dampaknya adalah kehancuran. Problematika tersebut adalah dekadensi moral dan kebobrokan mental.

Peninjauan Buku:
         Tujuan dari perselisihan dan permusuhan yang timbul adalah karena dorongan nafsu dan ambisi jiwa. Selama penyakit jiwa tersebut belum disembuhkan dan kotoran-kotoran yang bersarang di dalamnya belum dibersihkan, maka tidak ada harapan akan terciptanya kedamaian dan ketentraman dunia. Selama krisis iman dan akhlak belum tertanggulangi, tidak akan terwujud kesejahteraan dan keadilan.
         Dalam buku ini diutarakan bagaimana Islam mampu melalukan segala sesuatu dengan kemampuannya sendiri, dengan bermodal Al-Qur’an dan sunnah, namun buku ini mengkritisi keadaan umat Islam yang tidak dapat memanfaatkan apa yang dimilikinya padahal kelompok mastyarakat Islam adalah kelompokmasyarakat sosial terbesar diseliruh penjuru dunia ini. Akan tetapi baratlah yang lebih dahulu memiliki apa yang seharusnya dimiliki oleh umat Islam karena keegoisannya, bahkan pada zaman sekarang ini mau tidak mau Islam harus mengikuti perkrmbangan Barat dalam berbagai aspek walaupun tidak seutuhnya.
         Oleh karenanya masyarakat Islam harus mulai ditanamkan semangat pembaharuan untuk memajukan Islam dimasa mendatang karena kelanjutan perkembangan selanjutnya akan diambil alih oleh generasi muda yang senantiasa meneruskan perjuangan kaum tua yang telah lanjun usia. Dan dari sinilah ditanamkan bagi generasi muda untuk menjalankan syariat Islam secara benar dan dapat mengimbangi perkembangan yang dilakukan oleh Barat dalam berbagai aspek..
         Buku ini sangat bagus untuk memotifasi generasi muda dalam mengembangkan potensi keagamaannya menuju kepada kemusnian Islam, dan buku ini dapat memberi gambaran bagaimana Islam berkembang pada masa kejayaannya. Namun buku ini memiliki kelemahan dalam mempersentasikan Islam secara mendalam karena terlalu meninggikan Islam tanpa nemanfaatkan perkembangan yang dilakukan oleh Barat, baiknya Islam mampu mengambil manfaat dari perkembangan yang dilakukan oleh Barat seperti yang dilakukan oleh Ismail Al-Faruqi dan Naquib Al-Atas mengenai islamisasi ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar